Tamparan Guru

1


Ada seorang pemuda yang lama menuntut ilmu di luar negeri, Tatkala telah selesai menempuh pendidikan, Tibalah ia pulang ke kampung halamannya. Dengan gembira dan penuh rasa bangga di sambutlah kepulangannya itu oleh orang tua dan sanak keluarga.

Sesudah beberapa lama dikampung, Ia meminta kepada Ayahnya untuk menghadirkan guru agama yang Alim, Karena ia ingin bertukar pikiran dengan tuan guru. Maka ayahnya pun membawanya seorang tuan guru itu yang di yakini dapat memenuhi selera anaknya yang intelek itu, Ilmunya made in luar negeri.

Setibanya tuan guru dirumahnya, pemuda itu langsung menanyakan, “ Tuan siapa, mampukah menjawab pertanyaan saya?”  sang guru menjawab “ Saya seorang hamba Allah yang dha’if, dan insyaAllah saya akan menjawab pertanyaan pertanyaan anda menurut mampu saya, silahkan bertanya !”.

Sang pemuda dengan angkuhnya bertanya lagi, “ tuan yakin? Sudah banyak profesor  dan orang pintar tidak mampu menjawabnya.” Tuan guru dengan tenang mempersilahkan untuk bertanya, beliau siap akan menampungnya. Pemuda itu mengajukan tiga pertanyaan, yaitu: “pertama: kalau Allah itu ada tolong tunjukkan kepada saya wujud-nya!, Kedua: apakah takdir itu benar adanya?, Ketiga: kalau syaithan itu diciptakan dari api, mengapa dimasukkan ke neraka, sedangkan neraka itu api juga. Kalau syaithan dimasukkan ke neraka, bukan kah ia kembali ke asalnya?”.

Tuan guru yang mendengar pertanyaan sang pemuda itu sejenak terdiam, lalu tersenyum. Tiba - tiba...traaaappp, terdengar bunyi tamparannya yang mendarat di pipi anak muda itu. Dengan sangat kaget dan marah pemuda itu bereaksi, “ mengapa tuan menampar saya, sedangakan pertanyaan saya belum tuan jawab?” dengan tersenyum tuan guru menjawab, “ tiga pertanyaan yang anda ajukan kepada saya, itulah jawaban nya.” Dengan terbengong bengong pemuda itu makin tidak mengerti, apa hubungan nya dengan tamparan. “ saya tidak mengerti” katanya.

Pertanyaan anda yang pertama dengan wujud Allah. Sekarang saya bertanya kepada anda: “ bagaimana rasanya tamparan saya tadi?, pemuda itu menjawab “sakit”, tuan guru menanyakan lagi, “ tolong tunjukkan kepada saya wujud sakit yang anda rasakan itu!” pemuda itu menjawab dengan tersipu malu, “ saya tidak menampakkan wujudnya, tetapi saya dapat merasakannya.” Tuan guru menjelaskan, “ begitu tentang Allah sebagai tuhan kita, tidak dapat kita lihat wujud-nya, tetapi banyak bukti yang kita yakini tentang dia itu ada”.

Tuan guru bertanya lagi; “ apakah tadi malam pernah anda bermimpi, atau ketika saya muncul didepan anda, adakah anda banyangkan, bahwa pipi anda kena tampar dari saya hari ini?” pemuda itu menjawab, “ tidak pernah”, lalu tuan guru melanjutkan, “ inilah jawaban dari pertanyaan anda yang kedua, bahwa takdir itu tidak dapat kita duga dan menunngu kedatangannya, ia datang dengan tiba tiba”.

Seterusnya tuan guru bertanya lagi: “ perhatikan kepada telapak tangan saya. Dari apa diperbuatnya? kemudian diraba juga pipi anda sendiri, dari apa di perbuatnya, tentu saja anda menjawab keduanya dari kulit, lalu kenapa kulit telapak tangan saya mendarat di kulit pipi anda dengan sebuah tamparan, yang menimbulkan rasa sakit?” pemuda itu bertambah bingung, ia menggeleng geleng kepala seraya menjawab, “ saya tidak mengetahui”. Tuan guru memberi pengerian, “ walaupun syaithan itu di jadikan dari api dan neraka itu sendiri memang dari api, jika Allah menghendaki, maka api neraka itu dapat di jadikan tempat penyiksaan yang amat pedih dan dahsyat bagi syaithan. Inilah jawaban yangke tiga dari pertanyaan anda itu”.

Pelajaran yang dapat kita petik dari cerita ini:
1. Jangan merasa bangga dengan ilmu yang banyak.
2. Hormatilah dengan orang yang lebih tua dari kita, termasuk guru.
3. Rajin-rajinlah menuntut ilmu, jangan merasa puas dengan ilmu yang ada.
4. Belajarlah untuk menghargai pendapat orang lain.


Beusa meuramoe, 29 maret 2012

MUHYIDDIN ABDUL WAHID
(penulis adalah seorang mua'lim dan juga guru besar di pesantren terpadu nurul 'ulum, yayasan dayah nurul hilal)

Posting Komentar

1Komentar
Posting Komentar