Ada
seorang pemuda yang lama menuntut ilmu di luar negeri, Tatkala telah selesai
menempuh pendidikan, Tibalah ia pulang ke kampung halamannya. Dengan gembira
dan penuh rasa bangga di sambutlah kepulangannya itu oleh orang tua dan sanak
keluarga.
Sesudah
beberapa lama dikampung, Ia meminta kepada Ayahnya untuk menghadirkan guru
agama yang Alim, Karena ia ingin bertukar pikiran dengan tuan guru. Maka
ayahnya pun membawanya seorang tuan guru itu yang di yakini dapat memenuhi
selera anaknya yang intelek itu, Ilmunya made in luar negeri.
Setibanya
tuan guru dirumahnya, pemuda itu langsung menanyakan, “ Tuan siapa, mampukah
menjawab pertanyaan saya?” sang guru menjawab “ Saya seorang hamba Allah
yang dha’if, dan insyaAllah saya akan menjawab pertanyaan pertanyaan anda
menurut mampu saya, silahkan bertanya !”.
Sang
pemuda dengan angkuhnya bertanya lagi, “ tuan yakin? Sudah banyak profesor
dan orang pintar tidak mampu menjawabnya.” Tuan guru dengan tenang
mempersilahkan untuk bertanya, beliau siap akan menampungnya. Pemuda itu
mengajukan tiga pertanyaan, yaitu: “pertama: kalau Allah itu ada tolong
tunjukkan kepada saya wujud-nya!, Kedua: apakah takdir itu benar adanya?,
Ketiga: kalau syaithan itu diciptakan dari api, mengapa dimasukkan ke neraka,
sedangkan neraka itu api juga. Kalau syaithan dimasukkan ke neraka, bukan kah
ia kembali ke asalnya?”.
Tuan
guru yang mendengar pertanyaan sang pemuda itu sejenak terdiam, lalu tersenyum.
Tiba - tiba...traaaappp, terdengar bunyi tamparannya yang mendarat di pipi anak
muda itu. Dengan sangat kaget dan marah pemuda itu bereaksi, “ mengapa tuan
menampar saya, sedangakan pertanyaan saya belum tuan jawab?” dengan tersenyum
tuan guru menjawab, “ tiga pertanyaan yang anda ajukan kepada saya, itulah
jawaban nya.” Dengan terbengong bengong pemuda itu makin tidak mengerti, apa
hubungan nya dengan tamparan. “ saya tidak mengerti” katanya.
Pertanyaan
anda yang pertama dengan wujud Allah. Sekarang saya bertanya kepada anda: “
bagaimana rasanya tamparan saya tadi?, pemuda itu menjawab “sakit”, tuan guru
menanyakan lagi, “ tolong tunjukkan kepada saya wujud sakit yang anda rasakan
itu!” pemuda itu menjawab dengan tersipu malu, “ saya tidak menampakkan
wujudnya, tetapi saya dapat merasakannya.” Tuan guru menjelaskan, “ begitu
tentang Allah sebagai tuhan kita, tidak dapat kita lihat wujud-nya, tetapi
banyak bukti yang kita yakini tentang dia itu ada”.
Tuan
guru bertanya lagi; “ apakah tadi malam pernah anda bermimpi, atau ketika saya
muncul didepan anda, adakah anda banyangkan, bahwa pipi anda kena tampar dari
saya hari ini?” pemuda itu menjawab, “ tidak pernah”, lalu tuan guru
melanjutkan, “ inilah jawaban dari pertanyaan anda yang kedua, bahwa takdir itu
tidak dapat kita duga dan menunngu kedatangannya, ia datang dengan tiba tiba”.
Seterusnya
tuan guru bertanya lagi: “ perhatikan kepada telapak tangan saya. Dari apa
diperbuatnya? kemudian diraba juga pipi anda sendiri, dari apa di perbuatnya,
tentu saja anda menjawab keduanya dari kulit, lalu kenapa kulit telapak tangan
saya mendarat di kulit pipi anda dengan sebuah tamparan, yang menimbulkan rasa
sakit?” pemuda itu bertambah bingung, ia menggeleng geleng kepala seraya
menjawab, “ saya tidak mengetahui”. Tuan guru memberi pengerian, “ walaupun
syaithan itu di jadikan dari api dan neraka itu sendiri memang dari api, jika
Allah menghendaki, maka api neraka itu dapat di jadikan tempat penyiksaan yang
amat pedih dan dahsyat bagi syaithan. Inilah jawaban yangke tiga dari
pertanyaan anda itu”.
Pelajaran
yang dapat kita petik dari cerita ini:
1.
Jangan merasa bangga dengan ilmu yang banyak.
2.
Hormatilah dengan orang yang lebih tua dari kita, termasuk guru.
3.
Rajin-rajinlah menuntut ilmu, jangan merasa puas dengan ilmu yang ada.
4.
Belajarlah untuk menghargai pendapat orang lain.
Beusa
meuramoe, 29 maret 2012
MUHYIDDIN
ABDUL WAHID
(penulis
adalah seorang mua'lim dan juga guru besar di pesantren terpadu nurul 'ulum,
yayasan dayah nurul hilal)
sungguh jawaban yang luar biasa
BalasHapus